"SENI UNTUK SIAPA..?"
SENI untuk SENI-SENI untuk AGAMA-SENI untuk MANUSIA-dll. perdebatan "untuk siapa" itu harusnya masuk dalam masalah HAK, jika tidak hanya akan terjadi perdebatan yang tiada ujungnya. atau bagi saya seni itu untuk SIAPA/APA AJA. karena seni itu halus, damai, dan tidak efek samping untuk siapapun/apapun.
MAKNA ber-SENI: seni mengajarkan pada; keuletan, kesabaran, rasa rendah hati, mengahargai, sederhana,semangat, tubuh sehat, pikiran sehat, hati sehat, sunguh sungguh [totalitas], jujur, dan bertanggungjawab, dll, menuju terjadinya cipta, rasa, karsa. seni itu halus, jika tidak punya usaha seperti itu maka lunturlah jiwa berseninya. yang terjadi dalam berkesenian hanya menuruti hawa nafsunya yang tidak bisa ia kendalikan. [membenarkan diri dan selalu menyalahkan orang lain-semoga metafisis tidak selalu begitu-amin].
/_____"pola pikir dan pola rasa"____/
saya melihat kalau "pola pikir dan pola rasa" mesti berjalan bersama. agar mendapatkan hasil yang maksimal.[tipologi pemikiran barat yang bercorak rasional dan timur yang katanya irrasional] dengan latarbelakang pikir dan rasa, ini meti digabungkan.
Pertengkaran dalam tubuh hanya menghambat perkembangan pola pikir dan pola rasa. kita mesti damaikan semua organ tubuh kita dan saling bekerjasama secara benar dan tertib. unutk mencapai kebijaksaan dan kesempurnaan.
MATAFISIS sebagai ORGANISANI- yang berpegang pada tali kekeluargaan.
sistem organisasi berbasis kekluargaan memanga banyak tantangannya-
1. crew metafisis dari latar belakang yang berbeda sehingga membentuk karakter yang berbeda pula. hal tersebut berdampak pada cara berkomunikasi antar sesama yang kadang terhambat, karena persoalan perasaan, perbedaan pendapat, repot [ewoh pekewoh], yang satu mudah marah, yang satu tertekan, sehingga keharmonisan didalam organisani "bercerai berai".
2. "bercampur aduknya persoalan pribadi dengan organisasi", hal tersebut mungkin bisa terjadi dimanapun. tapi pada crew matafisis dimohon agar bisa proporsional dalam menempatkan masalah. jika hal tersebut terus terulang, maka yang terjadi adalah:* terhambatnya proses belajar/perkembangan seni di metafisis
* metafisis akan semakin kehilangan arah/niat belajar berkesenian [sedangkan metafisis harus punya kelamin/ciri khas seni tersendiri-exs: MUSIKALISASI PUISI]-sedangkan didalam PENGKADERAN saja, METAFISIS masih mencari sistem pengkaderan yang baik. belum lagi kita memperbincangkan pola pementasan metafisis....?????????.
* lurah dan pengurus hanya ribet ngurusi hal teknis dan rumah tangga metafisis [yang semakin tidak jelas dalam komitmen belajar seninya], dan tidak sempat merencanakan metafisis yang kreatif dan tidak terlalu mamksakan kehendak pribadi.
rekomendasi diskusi:
> ada yang melihat SENI untuk seni/RAKYAT/AGAMA, dll....monggo silahkan
___bagi kami; SENI UNTUK SEMUA [Sang MAHA KARYA, diri dan siapa saja yang mau menikmati]-mau pilih yang mana?
>mohon metafisis lebih banyak mengadakan pelatihan2 yang dibutuhkan oleh crew metafisis [seni rupa, setting, tata cahaya, make up, keaktoran, illustrasi [musik alam], baca puisi, dll.
>crew dimohon menata niat dan komitmen belajar seninya, n proporsional. [ojo sak karepe udele dewe].
>obrolan seni jangan berhenti disini saja
>cari referensi teater dan semua jenis kesenian.
>METAFISIS bukan PERGERAKAN [jadi jangan disamakan dengan kelompok lain]-bagaimana merengkuh kerjasama [kolektifitas], mengurangi egoisme. berseni dengan pikir dan rasa adar sejalan untuk menghasilkan kwalitas crew yang mandiri, sabar, ulet, teliti, sederhana, rendah hati, dll.
>maka pertanyakan kembali "KENAPA MEMILIH METAFISIS?"
---------- "SENI diTITIK NOL" ,melanjutkan masa LURAH KOPLENG- dalam acara purnabakti, tema "KEMBALI KE-SATU TITIK". _________________semoga membawa manfaat untuk kita semua sebagai insan seni. mohon kritik jika ada kesalahan tilisan serta cara pandang kami.
0 komentar:
Posting Komentar